Hanya Sistem Operasi Linux & Windows yang Akan Bertahan Hingga 2014
Linux
kini sudah menjadi sistem operasi yang diperhitungkan dunia usaha. “Di
enterprise, Linux akan memainkan peran penting. Perusahaan-perusahaan
semakin tergantung pada open source untuk menggerakkan bisnisnya,” kata
Damien Wong (General Manager ASEAN, Red Hat Asia Pacific Pte Ltd) dalam
jumpa pers di Jakarta (25/4/2012).
Mengutip
data lembaga riset IDC tahun 2010, lelaki yang pernah berkarier di HP
itu menyebutkan bahwa pada tahun 2014 nanti hanya akan ada dua sistem
operasi untuk server yang bertahan, yakni Linux dan Windows. “Untuk
Linux, Red Hat adalah sistem operasi server yang dominan. Perusahaan
akan memilih untuk menggunakan Red Hat sebagai sistem operasi
strategisnya. Lebih dari 80% perusahaan Fortune 500 menggunakan solusi
dan produk Red Hat,” kata Damien yakin.
Maklumlah
cakupan produk dan solusi Red Hat luas, tidak hanya sistem operasi tapi
juga melibatkan cloud, middleware, virtualisasi dan storage. Untuk
virtualisasi misalnya, Januari lalu Red Hat memeperkenalkan Red Hat
Virtualization 3.0. Di middleware ada JBoss Operation Network 3.0 dan
JBoss Enterprise Portal Platform. Untuk storage, tersedia Red Hat
Storage yang dulu dikenal sebagai Gluster.
Di
dunia finansial, produk dan solusi Red Hat memang sudah harum. Porsi
pendapatan terbesar Red Hat memang berasal dari sektor finansial.
“Dipakai di 28 stock exchange, termasuk Jakarta Stock Exchange,” ungkap
Damien.
Tapi
apa sih beda Red Hat dengan perusahaan open source lainnya? “Kami tidak
menjual lisensi, tapi berbasis langganan,” kata Damien. Dalam basis
langganan itu, konsumen Red Hat akan mendapatkan dukungan global tak
terbatas 24 jam seharinya dalam beragam bahasa. Update, patches dan
upgrade juga selalu tersedia. Demikian pula stabilitas untuk masa hidup
produk sampai 10 tahun.
Yang
juga penting, tambah Damien, Red Hat mempunya tim respon sekuriti.
“Jadi kalau ada masalah dengan paten produk yang dipakainya, Red Hat
yang akan mengurusnya. Kami mengembangkan semuanya menggunakan model
open source dan berkolaborasi secara terbuka untuk memenuhi kebutuhan
kustomer,” jelas Damien. Ia menambahkan, Red Hat juga rajin mematenkan
produknya.
Eh
omong-omong ada nggak ya pengguna Red Hat di Indonesia? “Di Indonesia
ada Plaza Indonesia, Universitas Terbuka, dan Trimegah Securities,” kata
Damien. Menurutnya, hanya tiga nama itulah yang boleh diungkapnya untuk
negara kita. Plaza Indonesia dan Universitas Terbuka menggunakan produk
Red Hat Enterprise Virtualization, sedangkan Trimegah Securities
memilih Red Hat Enterprise Linux and High Availability Addon. Sementara
untuk Asia Pasifik, pengguna Red Hat antara lain Nissan, Eveready,
Allianz, etilasat, dan SK Telecom.
O
ya, di Indonesia, Red Hat akan berkonsentrasi pada sektor finansial,
telekomunikasi dan pemerintahan. Sebagai ujung tombak distribusi
produknya, mereka telah menunjuk PT Virtus Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkomentar ....
Tulislah Komentar yang membangun bagi blog ini.